Tuesday, May 26, 2009

Surat Cinta - Suraya

Pagi itu Suraya dan anak sepupunya Anggrek, sedang bersenang-senang di beranda rumah Abang Sepupu Suraya. Semua kerja rumah, seperti mengemas, membasuh kain dan menyediakan sarapan sudah selesai.


Setelah selesai sarapan, mereka berdua siap berdandan ala-kadar, mandi dan mengenakan baju bersih duduk-duduk sambil melihat jiran-jiran pergi berkerja di Pejabat TNTC yang terletak berhampiran dengan jetty, termasuklah Abang Sepupu Suraya. Tiba-tiba lalu seorang pemuda tampan berkulit cerah, tinggi lampai memandang kearah mereka berdua sambil melimparkan senyuman paling manis. 'Wow, ada juga pula pemuda 'handsome' di Pulau ini, bisik hati Suraya'.


Mungkin sudah tersiar diseluruh pelusuk Pulau, ada dua gadis remaja tinggal dirumah Abang - seakan-akan semakin kerap pula pemuda-pemuda yang lalu didepan rumah setiap pagi. Keadaan begini berlalu beberapa ketika - sehinggalah suatu hari Anggrek menerima sepucuk surat.
Suraya melihat Anggrek senyum-senyum padanya. Dia kelihatannya begitu gembira, seolah-olah menyatakan padanya walau tanpa suara '.....lihat aku .... ada orang sukakan aku.....' Terbayang dimata Suraya Anggrek menari-nari sambil berpusing-pusing menayangkan surat yang dikirim oleh pemuda tampan, tinggi lampai berkulit cerah.... yang sering lalu didepan rumah setiap pagi itu...'. Suraya hanya diam membisu, pada pengamatannya ada semacam 'keangkuhan' dalam gerak geri Anggrek. Suraya terbayang lagak kakak-kakak dalam cerita dongeng 'Cinderella'. He he he.........
Tiba-tiba terpacul dipintu isteri Abang Sepupunya. Suraya berasa seperti isteri Abang Sepupunya itu mengerti perasaan Suraya. Selang beberapa hari, Suraya pula mendapat sepucuk surat dari seorang pemuda di Pulau itu. Pemuda yang ingin berkenalan dengannya itu, agak gempal dan berkulit gelap. Jika dibandingkan dengan Cowok Anggrek dia tidaklah setampannya. Suraya merasakan Anggrek mentertawakannya................Ah biarkanlah ..............

Sunday, May 3, 2009

SURAYA - 12: BELAJAR MENYULAM

Sehelai kain puteh berbentuk segi empat sedang terlekat di pemidangnya. Suraya sedang menjahitkan bunga-bunga kecil disalah satu sudut kain. Dia belajar menyulam dari isteri abang sepupunya. Suraya memilih warna merah tua dan merah jambu untuk bunga dan warna hijau muda untuk daun dan warna choklat untuk batang bunga. Nampaknya, Suraya seolah-olah dilatih menjadi seorang wanita - suri rumah sejati - menurut acuan saudara-saudaranya. Ah! inikah tujuan sebenar, mengapa bapanya menghantarnya kesini? Walaubagaimanapun bagi Suraya pelajaran paling berharga yang ia dapati ialah sikap 'sabar'.

Disini dia belajar erti 'kesabaran'. Apa tidaknya dia selalu dibanding-bandingkan dengan salah seorang saudaranya yang pandai menjahit, pandai menyulam, pandai memasak dan semua yang berkaitan yang konon-kononnya sinonim dengan 'perempuan' sejati.

Mereka tidak begitu mengambil berat tentang prestasi pembelajarannya di sekolah. Mereka lebih suka melihat Suraya belajar membuat kek, biskut dan kueh-mueh. Belajar memasak lauk-pauk dan yang sewaktu dengannya.